Pages

Kamis, 11 Oktober 2012

Hindari Perampokan, Taksi Pake GPS Dong


Hindari Perampokan, Taksi Pake GPS Dong

Hindari Perampokan, Taksi Pake GPS Dong
Demi Keamanan & Keselamatan Penumpang
Kamis, 04 Oktober 2012 , 08:00:00 WIB


ILUSTRASI


RMOL. Belum tuntas penyidikan polisi mengenai perampokan yang terjadi di taksi putih Agustus lalu, seorang perempuan paruh baya kembali menjadi korban perampokan oleh kawanan sopir taksi.
Mariati, warga Cengkareng yang menyetop sebuah taksi di kawasan Glodok, Senin (24/9), disekap oleh pria yang naik ke taksi di sekitar jembatan layang Pasar Pagi Lama, Jakarta Barat. Pelaku mencekik Mariyati dan me*maksanya menyerahkan kar-tu ATM beserta PIN.
Atas peristiwa yang terjadi ber*ulang kali ini, Direk*tur Eksekutif Masyarakat Trans*por*tasi Indo*nesia (MTI) Pandit Prang*gana mengaku pri*hatin. Ia mengata*kan, taksi sudah menjadi pilihan trans*portasi bagi ma*syarakat per*ko*taan, terutama bagi penum*pang yang butuh efi*siensi waktu.
“Sangat disa*yang*kan bila pe*ristiwa yang terjadi akhir-akhir ini menimbulkan ketakutan peng*guna taksi,” sesalnya.
Meski terbilang angkutan ber*tarif mahal, kata Pandit, per*min*taan akan moda transportasi ini masih cukup tinggi. Salah satu penyebabnya adalah pemerintah belum berhasil menyediakan trans*portasi massal yang dapat memenuhi segala aspek kepuasan kon*sumen, seperti keamanan, kenyamanan dan efektivitas.
“Pengguna taksi biasanya orang-orang yang butuh efisiensi waktu dan kenyamanan untuk men*capai tempat tujuan. Bagi me*reka, tak masalah juga tarifnya relatif lebih mahal,” tutur Pandit.
Karena itu, dengan menyasar konsumen ekonomi menengah ke atas tersebut, tak heran peng*guna taksi rentan jadi sasaran tin*dak kriminal, terutama peram*po*kan. Meski secara prosedur pe*merin*tah telah menetapkan stan*dar pe*layanan demi menj*amin keama*nan penumpang, namun pada prakteknya masih banyak opera*tor taksi yang lalai akan hal itu.
“Masih banyak ope*rator yang belum meng*indahkan aturan pe*layanan,” jelas Pandit.
Kelengkapan sarana pendu*kung pada setiap kendaraan yang digunakan, lanjutnya, turut me*nentukan keselamatan penum*pang. Ia menyebutkan, sistem ke**amanan yang masih minim pada beberapa operator taksi ser*ta ku*rangnya pengawasan ter*hadap pengemudi di lapangan menjadi ancaman terhadap kese*lamatan penumpang.
“Dulu ada taksi yang punya se*kat pemisah antara sopir dan pe*numpang. Ini juga pilihan yang aman. Tapi sekarang setidaknya me*miliki GPS atau Global Possi*tion System. Keberadaan tek*no*logi GPS pada setiap ken*da*ra*an akan memudahkan kontrol ter*hadap keberadaan pengemudi di lapangan,” jelas Pandit.
Mengingat masih besarnya ke*butuhan masyarakat akan jasa layanan taksi, dia mengimbau agar operator taksi mem*per*ha*tikan aspek keselamatan pe*num*pang. Dengan mem*prio*ri*tas*kan ke*butuhan utama pe*num*pang, kata Pandit, juga akan mengun*tungkan perusahaan taksi.
Dia menyebutkan, saat ini yang dapat dijadikan role model untuk penerapan sistem keamanan tak*si adalah Blue Bird Group. Pe*nga*wasan yang ketat terhadap penge*mudi di lapangan serta teknologi GPS yang dita*nam pa*da setiap kendaraan yang digu*nakan, me*rupakan jaminan ke*amanan un*tuk penumpang.
Ke depan, Pandit optimistis akan ada perbaikan terhadap mo*da transportasi, terutama yang memberikan kenyamanan dan keamanan bagi penumpang.
“Untuk taksi misalnya, kita sedang kaji teknologi yang me*mungkinkan penumpang me*nge**tahui rute-rute yang akan di*lalui taksi. Seperti GPS khusus untuk penumpang,” jelasnya.
Senada dengan Pandit, MH, seorang pengemudi taksi yang ditemui di kawasan Sarinah me*ngatakan, perusahaan taksi harus lebih memperketat kontrol ter*hadap pengemudi di lapangan.
“Sebab, menjadi penge*mudi taksi adalah menyangkut ke*percayaan penumpang. Mem*ba*wa nama pe**rusahaan serta me*layani pe*num**pang dengan baik tentunya harus disertai tanggung jawab yang tinggi juga,” ujarnya.
Selain kontrol yang ketat, sis*tem administrasi dan sarana pra*sarana pada se*tiap armada juga menjadi pen*jamin ke*amanan pe**numpang. “Misalnya armada ha*rus memi*liki GPS, se*hingga ge*rak armada di jalan raya dapat dikontrol,” jelasnya.
Karena itu, pengemudi taksi ber*warna kuning ini berharap, para perusahaan taksi mem*be*rikan pengawasan terhadap pe*laksanaan prosedur yang benar oleh pengemudi di lapangan.
Ber*dasarkan pengamatannya, baru ada beberapa perusahaan tak*si yang bisa menjadi rujukan. Di antaranya Blue Bird, Tran*s0*cab, Taksiku serta Gamya.
Sistem Rekrutmen Supir Perlu Dibenahi
Demi peningkatan keamanan penumpang, sebaiknya yang per*lu dibenahi terlebih dahulu adalah sistem rekruitmen penge***mudi tak*si. Hal ini ditegaskan Pengu*rus Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Tulus Abadi.
“Mereka (pengemudi -red) yang langsung berhubungan de*ngan penumpang. Banyak per*soalan ada pada pengemudi, “ ujarnya kepada Rakyat Merdeka.
Tulus pun mengusulkan agar perusahaan taksi bekerja sama dengan Organisasi Angkutan Da*rat (Organda) untuk membuat bank calon pramudi taksi. Bank calon pramudi taksi adalah ser*ver yang berisi data se*mua pe*nge*mudi taksi, dari peru*sahaan yang tergabung di Organda.
Cara semacam ini, lanjutnya, dapat mempermudah penga*wa*san. Ketika terjadi tindak me*la*wan hukum, baik dilakukan pe*ngemudi ataupun oleh penum*pang, akan mudah terdeteksi.
Tulus juga meng*ingat*kan agar Organda terus me*ningkatkan pe*ngawasan semua perusahaan tak*si. Tujuannya, agar semua pe*ru*sahaan taksi mau mengikuti pro*sedur standar yang telah di*tetap*kan. Serta berusaha terus mening*katkan kualitas layanan yang su*dah ada dalam melayani penum*pang.
“Jasa taksi merupakan bisnis yang membutuhkan kepercaya*an dari konsumen. Jika konsu*men sudah merasa aman dan nyaman, perusahaan tersebut akan diper*caya, seterusnya me*reka akan gu**nakan merek yang sama,” imbuh Tulus. [Harian Rakyat Merdeka]

0 komentar:

Posting Komentar

Aziz Fauzan Nur Rosyid. Diberdayakan oleh Blogger.